DIRAUDAH KULIHAT CAHAYA BERLIAN, dan DI SYAI AKU MENGERTI HIDUP

000004190010a

 

 Saya naik haji pada tahun 1973 atau 26 tahun yang lalu. Sulit rasanya saya melupakan pengalaman ketika saya berhaji, tetapi sulit  juga untuk menceritakan pengalaman ini.

Sampai seseorang mendesakku untuk menceritakan, karena katanya bisa dipetik hikmahnya. Semoga apa yang diharapkan benar adanya. Amiiiiiiiin

 

 

Aku berangkat haji Tamattu’, maksudnya rombongan saya harus ke Madinah lebih dahulu. Kesan sebagai seorang Melancholis sulit aku tanggalkan, begitu ketua Kafilah menyampaikan bahwa kita sudah berada diatas daratan Saudi Arabia, matakupun berkaca kaca, saya bersyukur karena akhirnya saya dan isteri telah mencapai tanah suci . Begitu pula ketika pemimpin rombongan menunjukan menara mesjid suci Nabawi ,kami seluruh rombongan dalam bus itu menangis terisak isak. Tangis kebahagian yang sulit aku lukiskan

DI RAUDAH  KULIHAT CAHAYA BERLIAN

                                                                                                

Rudah

Kami  sampai di Madinah pada waktu Asy’ar, karena itu ketua rombongan langsung mengajak , menuju mesjid suci Nabawi, untuk sholat Asy ar,syukur dan sholat sunnah lainnya.Kemudian kami dikenalkan seluruh bagian dari Mesjid Suci Nabawi, ketika sampai di Raudah jantung saya sudah berdebar debar, tetapi kami hanya lewat saja.Karena kami harus istirahat agar Magrib dan Isya kita dapat sholat fardu untuk mencapai target Arbain (sholat fardu 40 kali ).Kalau dihitung dengan sholat Asyar yang dipimpin oleh pimpinan Kafilah maka kita telah dapat sholat 42 kali, tetapi siapa tahu ada halangan, jadi berjaga jaga  perlu sekali. Ketika pemimpin rombongan menanyakan apakah kita berkeinginan sholat Tahajud di Raudah malam nanti, sebagian rombongan mengiyakan.Sayapun sangat bersemangat untuk dapat sholat yang menurut hadist merupakan bagian dari surga. Dimana setiap muslim , sepanjang yang saya dengar  ceritanya, pada saat berada di tempat itu, akan terbuai dengan kebahagian yang sulit ditandingi, dan menangis bahagia.

Oleh karena itu kita harus bangun pukul  2 pagi . Kita harus berada didepan pintu mesjid suci Nabawi sebelum pintu dibuka pada azan pertama.( Berbeda dengan mesjid suci di Mekah , mesjid suci Nabawi tertutup menjelang tengah malam dan baru dibuka lagi saat azan pertama sekitar pukul 3 pagi). Dan yang ingin sholat Tahajud di Raudah , begitu pintu dibuka harus berlari cepat , agar dapat tempat di Raudah.

Maka sesuai strategy yang ditetapkan , kita sudah berada dipintu mesjid suci Nabawi sebelum azan pertama. Begitu azan pertama mulai terdengar, oooo ya Allah pintu mesjid suci Nabawi terbuka perlahan lahan, saya dan beberapa jamaah terbengong bengong melihat peristiwa yang luar biasa betapa heibatnya,kemegahan dalam mesjid itu begitu amat memesona dengan lampu yang  amat anggun dan terang benderang (persis peristiwa ketika Ali Baba melihat harta karun dalam gua setelah meneriakkan Sa Syammmmm).

Aku baru sadar , ketika terdengar perintah lari dan bahuku ditepuk.

Alhamdulillah , karena koordinasi yang baik rombongan kami dapat melaju lebih cepat melewati rombongan jemaah haji lainnya yang bertubuh besar dan kekar dan sampai di Raudah pada posisi Syaaf kelima.Tetapi beberapa orang jamaah rombongan  kemudian meringsek dan  berhasil mencapai syaf pertama, dan kami sebagian besar pada syaaf ketiga. Begitu kawan kawanku  dan hampir seluruh jamaah yang berada di Raudah tak kuasa menahan tangis yang teramat sendu, sungguh suasana khikmat yang luar biasa, kesantunan yang terkirakan, kehusyukan yang mendalam, aura kebesaran Raudah meliputi, memeluknya dengan amat mesra dan rasanya mereka menikmati pangkuan bahagia dari ibu yang sangat mencintainya……………tetapi aku tidak setetes air matapun menetes, aku berusaha sepenuh hati untuk menjiwai sepenuh hati……aku berusaha khusyuk…………aku melihat orang yang berlinang air mata……….Ya Alloh kenapa saya tidak seperti mereka, Tuhanku, betapa bahagianya aku bisa menangis seperti mereka. Sampai waktu Duha kami baru pulang dan tidak setetes air mataku menetes.

Kami pulang , kawan kawanku  memancarkan sinar bahagia, dan akupun berpura pura bahagia, namun diam dalam seribu bahasa.

Ketika saya sampai dikamar , aku rebah, lelah, gundah ,…..istriku membesarkan hati , jangan putus asa, barangkali tidak hari ini , mungkin besok pagi, mungkin tidak tidak diwaktu tahajud , tetapi diwaktu sholat yang lain. Dengan tekad bulat aku akan sholat tahajud di Raudah sampai aku mendapat pencerahan itu.Hari kedua berlalu sudah . Tidak setetes air matakupun mengalir, demikian pula hari ketiga, keempat , kelima , keenam , tetapi aku tidak putus asa tetap terus bangun jam 2 pagi dan pulang waktu duha.

Dan di hari ketujuh, seperti biasa, aku telah bangun jam 2 pagi., dan segera menuju ke pintu mesjid suci Nabawi. Ya Alloh , ya Tuhanku, rombongan haji Iran itu telah memblokade (menutup rapat jalan) menuju  pintu masuk. Lapis pertama para laki laki, lapis kedua para wanitanya. Aku mencoba meringsek dari tepi pintu, aku bisa melewati blockade para wanitanya, tetapi menembus blockade para laki laki saya tak mampu. Aku tetap berusaha, karena ini mungkin kesempatan terakhir , besok rombongan ini pasti bertambah lagi, aku tidak ingin kesempatan ini hilang dan aku menyesali diri menjadi orang yang tidak dapat meneteskan air mata, di Raudah, tanah tersucikan yang menjadi bagian surga di dunia.

Begitu azan pertama berkumandang, dan pintu mesjid terbuka, rombongan haji dari Iran  serentak bergerak , terdengar suara gemuruh kaki , dan aku berusaha meringsek untuk mencuri kesempatan dan Alhamdulillah aku berhasil,melewati pintu dan berlari dengan kecepatan maximal…..

Subhanallah ……..seorang laki setengah baya, besar jatuh , dua meter didepanku. Aku segera menolongnya bangun, menuntunnya ketepi, karena rombongan wanita Iran segera lewat.

Aku tertinggal dari rombongan yang bergerak seperti air ……….

Aku lunglai, lemas , dan tanpa pengharapan, ku lepaskan segala keinginanku untuk mendapatkan keajaiban di Raudah, karena Raudah pasti sudah penuh sesak.Walau keinginan mencoba meringsek untuk mencapai  Raudah tetap ada, segala daya upaya aku laksanakan, ternyata aku hanya mampu terdampar, sampai dibawah payung yang terbuka dan menutup secara otomatis( mungkin 200m dari Raudah). Kini  benar benar  terlepas sudah semua pengharapan, ………aku menyerah , aku sadar belum waktunya aku mendapatkan, barangkali dosaku terlalu banyak jika dibandingkan dengan pengharapan itu.Aku tunaikan sholat sunnah tahajudku dan tidak terputus pandanganku ke Raudah. Kini azan subuh mulai berkumandang , segera saya menunaikan sholat sunnah Qobliah,kemudian duduk tafakur melafalkan kebesaran nama nama Allah. Dan Qomatpun terdengar. Sholat Subuh segera dimulai. Aku berdiri , saya pejamkan mataku, sambil bertakbir mencapai kedalaman hatiku, memahami kebesaran Allahku……lalu kudengar suara Imam yang mendayu dayu dan matakupun mulai terbuka,lalu aku melihat Raudah…………………..ALLLLOOOOOOOOOHUAKBAR!!!  YA ALLAH BENARKAH CAHAYA ITU , BIRU LAKSANA SINAR BERLIAN MENUTUP RAUDAH, YA MELIPUTI SELURUH RAUDAH, …… PESONA APAKAH ITU……TELAPAK KAKIKU BERGETAR, TANGANKU GEMETAR,AIR MATAKU  KELUAR TAK TERTAHAN, HATIKU SUNYI          ………RINDU…..BAHAGIA……….DAN AKU TIDAK TERASA, BADANKU MELAYANG,….. SUARA IMAM ITU ………ADALAH SATU SATUNYA SUARA YANG MAMPU MENGGERAKKAN BADANKU  SAMPAI SHOLAT SELESAI. AKU BAHAGIA BAHAGIA BAHAGIA SAMPAI DUHA……..DAN SAMPAI HARI INI……..KETIKA CAHAYA ITU NAMPAK AKUPUN TERSUNGKUR.

 

Master Plan Masjidil haram

DARI SYAI AKU MENGERTI HIDUP

Kami sampai di Mekah, waktu Duhur, kemudian segera pemimpin rombongan mengajak kami sholat di mesjid suci MASJIDIL HARAM . Begitu sampai dalam mesjid , hati saya terkesiap, ketika melihat Kaabah, saya melihat kawankawan menitikkan air mata, istriku tersedu sedu, kudengar suaranya lirih:Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya saya sampai di Kaabahmu, tempat menghadap dalam sholatku,lalu diusap wajahnya yang bersimbah air mata, demikian juga aku yang tak mampu berkata kata.

Kami diperkenalkan seluruh medan , dan bagaimana menandai pintu pintu dari mana kita masuk , dan pada pintu itu pula sebaiknya kita pulang. Setelah lengkap penjelasan kitapun menunggu sholat Asyar dan setelah itu pulang. Dalam perjalanan pulang pemimpin rombongan, menyampaikan bahwa kita memiliki kesempatan Umroh dari rombongan 3 kali, tetapi kalau ada yang ingin lebih dari  3kali, beliau memperkenalkan seorang bapak , yang sangat senang umroh.Beliau sudah beberapa kali berhaji, dan selama di Mekah ,tiada hari tanpa umroh, dan dia begitu nampak perkasa dan sehat wal afiat. Karena melihat penampilannya, kamipun tertarik untuk umroh berulang ulang, mudah mudah wal afiat seperti beliau.Bersama kawan yang lain ,kami berangkat sebelum subuh, sholat subuh, kemudian setelah itu pergi ke Tan in ,untuk memulai umroh. Setiap sai saya mulai tergoda lagi untuk mendapatkan pencerahan pribadi seperti yang disampaikan oleh adik istri saya. Saya berusaha menjalankan Syai sehikmat mungkin aku menghapal doa ini………………………………………………………………………

Innasyafa wal marwata min syairillah faman  hajjal baita awi tamara fala zunaha allaihi an yatawaffa bihima waman tathauwa a khairan fainnallaha syakirun aliim

(SEsungguhmya antara Syafa dan Marwata terdapat tanda  tanda Kebesaran TuhanMu (ALLah)…………………………………………. 

 

Pada umroh kelima,aku sudah tidak kuat lagi mengikuti umroh subuh, sementara keajaiban Syai belum terasa .Istri kembali lagi memberi semangat agar aku tidak putus asa. Sesekali dia juga menemani saya umroh, tetapi begitulah pencerahan pribadi belum aku dapat. Dan kini sudah sampai umroh ke 12, tetapi pencerahan tidak ada. Persiapan berangkat ke Mina ,kemudian ke Arafah, telah dekat. Hatiku gundah, badanku melemah, ………harapan hilang sudah , kini semua perhatian harus diarahkan pada ke persiapan  Arafah.

Dengan sisa kekuatan fisikku aku dapat menyelesaikan rukun haji yang paling menentukan yaitu menginap di Arafah, dan kini kami kembali ke Mekkah. Pemimpin rombongan telah memberi tahu, agar kita segera menuntaskan tawaf dan syai.Isrikupun sependapat, karena semakin siang , masjidil haram semakin penuh sesak. Tetapi aku sangat lelah, lagi pula ada seorang ibu dari Kuningan , yang bingung mencari rombongan, dia terpisah dari rombongannya ketika melempar jum’rah. Aku kasihan dengan dia, jadi aku utamakan mengantar dia ke pondokannya, dia kelihatan sangat kelelahan dan strees. Jangankan bahasa Arab, bahasa Indonesiapun ter patah patah. Alhamdulillah , tempat pondokannya searah dengan pondokanku, dan syukurlah kami dapat mengantar ke pondokannya.

Sayapun menikmati istirahat siang yang luar biasa nikmatnya, belum pernah aku tidur sedemikian nikmat. Ketika bangun ,badanpun terasa segar. Maka kamipun segera berangkat ke masjidil Haram. Sekitar jam 2 siang kami sampai di masjidil Haram. Subhanallah Tuhanku, Masjidil Haram telah penuh sesak oleh lautan manusia,berusaha untuk masuk saja sulitnya luar biasa. Istriku yang biasanya selalu manis , kini mulai marah karena aku tidak menuruti ajakan dia menunaikan tawaf dan Syai dipagi hari. Apa boleh buat ……..saya diam , tidak berani menjawab. Ketika sampai didepan Babusalam tiba tiba datang rombongan orang Afrika , dengan kekuatan besar meringsek masuk , dan kamipun menumpang arus itu, sehingga dapat masuk ke masjidil Haram. Setelah masuk ke masjidil Haram kami langsung sholat Sunnah masjid kemudian sholat duhur dan setelah itu siap untuk tawaf.

Garis luar tawaf sudah sampai tepi teras, orang orang yang datang bergelombang gelombang, meringsek  terus meringsek untuk mencapai putaran tawaf yang sekecilnya. Dengan menempel saudara saudaraku dari Afrika saya dapat putaran yang sebenarnya akan sulit saya capai tanpa pertolongan dia. Dia senang ,kami menempel dia, tetapi langkah harus dipercepat dan tenaga harus digandakan. Alhamdulillah tawaf selesai, kemudian kami mengguyur badan dengan air zam zam , untuk siap bersyai, alangkah segarnya.

Di bukit Marwa rasanya, menginjakkan kaki ke tanah saja sulit, manusia berhimpit, tetapi Alhamdulillah kami jamaah dari manapun berpegangan erat untuk tolong menolong. Subhanallah Tuhanku……..

Syaipun dimulai,dan saya harus konsentrasi penuh, istriku memegang ikat pinggangku takut terlepas terbawa arus. Manusia bergelombang gelombang datang untuk bersyai ,setiap putaran makin padat makin padat. Pada putaran ke empat tenagaku langsung turun dratis, nafasku terengah engah, semula istriku bergayut pada kekuatanku, sekarang terbalik, aku sama sekali, tergantung pada istriku.Doaku sudah tidak lancar lagi, nafasku terengah engah, dari mulutku yang keluar , hanya Ma saya tidak kuat lagi, saya tidak kuat…..badanku benar benar lunglai, dalam pikiranku , saya akan mati , saya akan mati…………Tiba tiba istriku , menolehku dengan ketus berkata; Kalau begini terus kapan                    selesainya……..aku sudah tidak tahan lagi  kalau mas Sum bergayut seperti ini………..aku terkejut, tidak seperti biasanya istriku berbuat seperti ini, dia begitu lembut .Apalagi kalau saya dalam keadaan membutuhkan pertolongan atau sakit dia tidak pernah jauh dari tempat tidurku………tetapi ketika Syai ini……subhanallah mengapa dia berubah Tuhanku……..dan tidak ada jalan lain,agar dia dapat menjalankan haji dengan sempurna         ……….aku ijinkan dia meninggalkan saya, saya  akan berusaha berpegangan pada batas Syai, dan apabila tidak kuat saya akan minta bantuan untuk mendapatkan kursi dorong. Begitu ijin diberikan , istriku melesat, meninggalkan . Saya merayap , sekali kali menumpang arus ,sesekali menempel pada batas lorong Syai……….dalam pikiranku, hanya mengeluh ya Allah saya akan mati….ya Allah saya akan mati……

Ketika saya menyelesaikan putaran ke 6, istriku telah menyelesaikan putaran ke 7,dia memanggilku dan menunjukan tempatnya istirahat ,yaitu 100m dari bukit Marwa. Aku mengiyakan , semangat untuk menyelesaikan putaran ke 7 , tiba bangkit…..dengan tenaga yang ada aku berusaha menyelesaikan dengan cepat…….nafasku tersengal sengal, tetapi belum juga keringat mengalir dari badanku, aku selalu mengalami kesulitan keluar keringat, badanku hangat, rasanya keringat mau menembus badan sulit sekali………kini pikiranku hanya satu , haji ini harus sempurna  sebelum kematian menjemputku…..alhamdulillah bukit Marwa tercapai sudah. Entah bagaimana ceritanya , seorang menghampiri kemudian memotong rambutku……Alhamdulillah. Begitu selesai di potong rambutku, keringatku keluar deras sekali ,dan aku limbung……….niatku aku harus berhenti ditempat istriku…….tetapi aku rasanya terdorong hingga 100m dari istriku atau  3 meter dari kran air zam. ..zam………Subhannallah , aku merasa haus luar biasa,tetapi tubuhku tak dapat aku gerakkan, lemas,lunglai, keringatku sudah membasahi seluruh tubuhku, nafasku tersengal sengal……..air,air, dan mataku berkunang  kunang , rasanya kematian itu sudah amat dekat    …allah,allah,allah…….Tiba tiba terasa ada orang yang memijat dahiku, seluruh badanku , dan kemudian memberikan air minum……..alangkah nikmatnya……..nikmat sekali. Pijatan tangan itu sungguh sangat ahli, dan terasa menyegarkan……….dan akupun mulai sadar . Subhannallah , ternyata 4 orang wanita mengerumuniku., seorang nenek yang lembut wajahnya ,dengan tiga orang setengah baya….Dia memperlakukan aku seperti putranya, mengelus elusnya.

Kemudian dia mengajak saya bicara,(dengan Logat Melayu yang kental) membesarkan hati , menanyakan istri , ketika saya tunjukan istri saya.,beliau memuji muji istri saya, cantik, sholeh, dan penuh perhatian pada saya.

Kemudian dia menanyakan anak anak saya, saya ceritakan anak anak saya, dan si bungsu yang masih berumur 3 tahun. Dengan mesra dan penuh wibawa dia berkata :, Nak harus sihat ya , si bungsu masih butuh anak…….jadi sihatlah. Mati sudah pasti ,tak usah diminta…….hidup ini sangat berharga, ada tanggung jawab. Jadilah berani hidup bukan berani mati…..Aku tersentak ,mataku memandang beliau tak berkedip……..air mataku menetes. Kepingin aku rebah dipangkuannya…..tetapi dia bukan muhrimku, ya bukan muhrimku , bukan muhrimku……tidak seorang lelakipun diantara beliau…mungkin dia merasa ada sesuatu dalam pikiranku, kemudian beliau meminta diri sambil mengelus rambutku: Nak telah sihat…mak nak pergi……. Saya serta merta memanggil istriku, kami ingin menyampaikan terima kasih berdua…begitu istriku berdiri diseberang sana…akupun ingin menyapa bunda yang mulia hatinya……..Subhannallah , ternyata tidak ada, kulihat kearah orang keluar dari Syai ….juga tidak ada…..kemana perginya bunda………Dan ketika istriku sampai , aku ceritakan , hadirnya bunda bunda itu…… ………………Subhannalllah…..apapun yang terjadi kini aku mendapatkan min syiirilah  ……………………………Berani hidup ,bukan berani mati

  1. sidi bagindo
    Agustus 2, 2009 pukul 1:24 am

    aku terharu dan menitikkan airmata mata…terkenang juga pengalaman haji 2001 yg masih terbayang hingga kini…Subhanallah..Allahu Akbar..

    • Agustus 3, 2009 pukul 1:45 pm

      TERIMA KASIH BAPAK SIDI BAGINDO……..MUDAH2AN SEMUA PENGALAMAN ITU MENJADI ENERGY YANG TAK PERNAH PADAM UNTUK MENSYUKURI TAUFIK ,HIDAYAHNYA……..MUDAH2AN KITA MENJADI SAUDARA YANG SALING MENGINGATKAN ………AMIIIIIN

  2. tejo
    April 20, 2011 pukul 12:18 pm

    Subhanallah……..membaca perihal Raudah aja udah membuat airmata saya berlinang…..semoga saya juga dapat mengalaminya sendiri, entah kapan….Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar..

    • April 21, 2011 pukul 1:15 am

      Ya Rabb , perkenanlah doa saudaraku…..untuk datang ketempat suciMu dan mendapat KEAGUNGANMU. Allahu Akbar ….AMIIIIIIIIIIIIN

  3. Maret 22, 2014 pukul 4:28 am

    Subhanallah… Hambamu yg penuh dosa ini…Yaa Allah mengharapkan pengalaman spritual yg sama terjadi pada Hamba kelak disaat Engkau Memanggil Hamba Sekeluarga ke Tanah Suci Engkau di Makkatul Mukarramah & di Madinatul Munawwarah…Amin Yaa Rabbal Alamin….

    • Mei 19, 2016 pukul 4:21 am

      Aaaamiin Ya Rabbal Alamiin.Ya Rabb hamba mohon
      pada Paduka..berangkatkanlah saudaraku menghadap pada Paduka ditanah suci Paduka. Beliau sangat merindukan menghadap Paduka ditanah suci Mu. Perkenankanlah doa hambamu. Aaamiin Ya Rabbal Alamii

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar